• Black
  • perak
  • Green
  • Blue
  • merah
  • Orange
  • Violet
  • Golden
  • Nombre de visites :
  • 70
  • 4/9/2017
  • Date :

Ayat-ayat al-Quran Membuktikan Kelahiran Imam Zaman

Perbedaan yang terjadi di antara umat Islam dalam permasalahan ini adalah seputar kelahiran sang Imam, dimana para pengikut Ahlul Bait menyakini bahwa al-Mahdi pada tahun 255 HQ. telah dilahirkan di dunia ini dan sebagian ulama dan pengikut Ahlu Sunnah menyakini bahwa beliau hingga saat ini belum dilahirkan, tetapi beliau akan terlahir di akhir zaman dan kemudian bangkit menumpas kezaliman.

ayat-ayat al-quran membuktikan kelahiran imam zaman

Keyakinan akan kemunculan al-Mahdi di akhir zaman merupakan keyakinan seluruh kaum Muslimin, hal ini dikarenakan banyaknya hadis dan riwayat yang berbicara mengenai masalah ini yang jumlahnya mencapai ribuan hadis, sehingga mengingkari akan perkara ini berarti mengikari seluruh hadis tersebut, sebuah pengingkaran yang akan mengakibatkan runtuhnya pilar-pilar agama Islam. Karena apabila hadis yang sedemikian banyak masih saja diingkari kebenaran dan kesahihannya, lantas bagaimana dengan hadis-hadis lainnya yang berbicara mengenai pelbagai hukum dan ajaran Islam yang terkadang tidak mencapai puluhan hadis? (Baca Juga: Imam Al-Mahdi, Janji Keadilan Sedunia)

 

Kendati demikian, bukan berarti dalam permasalahan ini sama sekali tidak ada perbedaan pendapat di antara kaum Muslimin, perkara ini adalah suatu yang tidak dapat dipungkiri. Namun sekali lagi, perbedaan pandangan ini bukanlah alasan bagi masing-masing kelompok untuk saling hujat dan mencemooh. Karena tentunya pandangan yang ada didukung oleh berbagai argumen yang dianggap valid oleh masing-masing pihak.

 

Perbedaan yang terjadi di antara umat Islam dalam permasalahan ini adalah seputar kelahiran sang Imam, dimana para pengikut Ahlul Bait menyakini bahwa al-Mahdi pada tahun 255 HQ. telah dilahirkan di dunia ini dan sebagian ulama dan pengikut Ahlu Sunnah menyakini bahwa beliau hingga saat ini belum dilahirkan, tetapi beliau akan terlahir di akhir zaman dan kemudian bangkit menumpas kezaliman. Dikatakan sebagian di sini dikarenakan sekelompok dari ulama Ahlus Sunnah seperti Muhammad bin Thlahah Syafi’i (Mathâlib as-Suûl fî Manâqib Âli ar-Rasûl), Sibt bin Jauzi Hanafi (Tadzkirah al-Khawâsh) Abdul Wahab Sya’rani (al-Yawâqît wal al-Jawâhir) dan ulama lainnya menyakini bahwa al-Mahdi sejak beberapa abad lalu telah dilahirkan.

 

Intinya, berbedaan pendapat ini terjadi dikarenakan memang kelahiran Imam Mahdi as berlangsung secara sangat tersembunyi, bahkan dengan kekuasaan Allah Swt, tanda-tanda kehamilan ibunda Imam, Sayyidah Nargis sama sekali tidak tampak kecuali pada saat-saat ingin melahirkan. Sehingga bukan saja kelahiran sang Imam bahkan kehamilan ibunda beliau pun tidak ada yang mengetahuinya, bahkan oleh para kerabat sekalipun. Barulah setelah itu (imam dilahirkan), ayahanda beliau, Imam Hasan Askari as memberitakannya kepada sanak famili dan para pengikut setia beliau.

 

Tersembunyinya kelahiran al-Mahdi tidak lain dikarenakan kondisi keamanan yang sangat membahayakan keselamatan beliau. Dalam banyak riwayat dikatakan bahwa al-Mahdi yang akan meruntuhkan para penguasa zalim dan menegakkan keadilan adalah putera Imam Husain as yang kesembilan dan bahkan dalam sebagian hadis secara jelas dikatakan bahwa al-Mahdi adalah putera Imam Hasan Askari as. Oleh karenanya, para penguasa zalim saat itu yang mengetahui berita hadis-hadis ini dan khawatir akan kebangkitan al-Mahdi, secara cermat siang dan malam selalu mengawasi keluarga Imam Hasan Askari terutama isteri beliau. Oleh karena itu, suatu hal yang wajar jika mayoritas ulama dan pengikut Ahlu Sunnah tidak mengetahui dan menyakini kelahiran al-Mahdi aj.

 

Dalam tulisan singkat ini, dengan berpijak kepada ayat-ayat yang menyatakan akan keharusan adanya seorang Imam di muka bumi ini sepanjang masa, kami mencoba untuk membuktikan bahwa al-Mahdi telah dilahirkan di dunia ini dan hingga saat ini dengan kuasa Allah Swt beliau masih hidup menjalankan tugas-tugas Ilahi yang diembankan kepada beliau sebatas yang Dia izinkan[1]. (Baca Juga: Tujuan Pemerintahan Imam Mahdi Afs)

 

Ayat Pertama:

"وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۗ إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرٌ ۖ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ"

“orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk” (QS. Ar-Ra’d: 7).

 

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa di setiap kaum terdapat seorang yang memberi petunjuk. Jelaslah kebutuhan manusia akan seorang pemberi petunjuk tidak terbatas pada masa tertentu saja, akan tetapi di sepanjang masa dan priode kehidupan manusia, mereka akan tetap membutuhkan seorang yang memberikan petunjuk kepada jalan-Nya. Oleh karenanya, dalam ayat ini Allah Swt dengan kebijakan-Nya menyatakan bahwa setiap kaum dari umat manusia di setiap generasi dan masa, terdapat seorang yang bertugas memberi petunjuk kepada mereka.

 

Ayat suci ini pun membedakan antara seorang pemberi peringatan (mundzir) dan seorang pemberi petunjuk (hâdin). Rasulullah Saw dinyatakan sebagai mundzir adapun orang yang memberi petunjuk disebut sebagai hâdi. Hal ini menunjukkan bahwa para pemberi hidayah bagi setiap kaum manusia yang dimaksud ayat di atas bukanlah seorang Rasul ataupun Nabi.

 

Selain itu, terdapat beberapa hadis yang menguatkan atau menjadi pijakan bagi penafsiran di atas:

عن ابن عباس أنه قال : لما نزلت الآية قال رسول الله (صلى الله عليه وآله وسلّم): "أنا المنذر وعليٌ الهادي من بعدي يا علي بك يهتدي المهتدون"

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya ia berkata: Saat ayat [ini] diturunkan Rasullah Saw bersabda: “Aku adalah pemberi peringatan dan Ali adalah pemberi petunjuk setelahku. Wahai Ali, dengan [perantara] kamu lah orang-orang akan mendapat petunjuk[2].”

 

وعن أبي جعفر (عليه السلام) في قول الله تبارك: "إنما أنت منذر ولكل قوم هاد" فقال (عليه السلام): "رسول الله المنذر، وعلي الهادي، والله ما ذهبت منّا وما زالت فينا إلى الساعة"

Dari Abu Jakfar (Imam Muhammad al-Bagir as) mengenai firman Allah Swt “Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk”, beliau kerkata: “Rasulullah Saw adalah pemberi peringatan dan Ali adalah pemberi petunjuk. Demi Allah, [tugas memberi petunjuk ini] tidak lenyap (diangkat) dari kami dan masih berada pada kami hingga hari kiamat[3].”

 

وعن ابي عبد الله (عليه السلام) قال : قلت له "إنما أنت منذر ولكل قوم هاد" فقال (عليه السلام): "رسول الله المنذر وعلي الهادي، يا أبا محمّد فهل منا هاد اليوم ؟" قلت : بلى جعلت فداك، ما زال فيكم هاد من بعد هاد حتى رفعت إليك، فقال : "رحمك الله يا أبا محمّد، ولو كانت إذا نزلت آية على رجل ثم مات ذلك الرجل ماتت الآية مات الكتاب، ولكنه حي يجري فيمن بقي كما جرى فيمن مضى."

Dari Abu Abdillah (Imam Jakfar Shadiq as), aku (perawi) katakan kepadanya [mengenai ayat] “Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk”. Maka beliau berkata: Rasulullah Saw adalah pemberi peringatan dan Ali adalah pemberi petunjuk. Wahai Abu Muhammad, apakah pada saat ini di antara kami terdapat seorang pemberi penunjuk? Aku menjawab: Ya, semoga jiwaku menjadi tebusan bagimu! Pada kalian masih terdapat pemberi petunjuk yang datang silih berganti hingga ia diangkat (sampai) kepadamu. Beliau berkata: semoga Allah merahmatimu wahai Abu Muhammad! Seandainya ayat hanya diturunkan bagi seorang [saja] dan orang tersebut menemui ajalnya, maka ayat tersebut pun akan mati [tidak berlaku] dan juga al-Quran. Akan tetapi, al-Quran [selalu] hidup dan tetap berlaku bagi [mereka] yang telah lalu dan juga yang akan datang[4].”

 

وعن محمّد بن مسلم قال : قلت لأبي جعفر (عليه السلام) في قول الله عزّ وجل:"إنما أنت منذر ولكل قوم هاد" فقال : "إمام هاد لكل قوم في زمانهم."

Dari Muhammad bin Muslim, ia berkata: Aku katakan kepada Abu Jakfar as mengenai firman Allah Swt “Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk”, beliau berkata: Imam pemberi petunjuk bagi setiap kaum di setiap masa[5].”

 

Ayat-ayat al-Quran Membuktikan Kelahiran Imam Zaman

وعن الصادق (عليه السلام): "... ولم تخل الأرض منذ خلق الله آدم من حجة لله فيها ظاهر مشهور أو غائب مستور ولا تخلو إلى أن تقوم الساعة من حجة لله فيها، ولولا ذلك لم يعبد الله" قال سليمان (راوي الحديث) فقلت للصادق (عليه السلام) فكيف ينتفع الناس بالحجة الغائب المستور؟ قال (عليه السلام): "كما ينتفعون بالشمس إذا سترها السحاب". (نفس المصدر السابق).

Dari Imam Shadiq as [dalam sebuah hadis yang panjang] beliau berkata: ... Sejak diciptakan Adam as, bumi tidak pernah kosong dari hujjah Allah, baik ia ada secara terang-terangan dan dikenal ataupun dalam keadaan tersembunyi (ghaib) dan tertutup. Di dunia ini tidak akan kosong [dari hujjah Allah ini] hingga hari kiamat. Seandainya tidak demikian, maka Allah Swt tidak [akan lagi] disembah.” Sulaiman (perawi) berkata: Aku bertanya kepada beliau, bagaimanakan masyarakat mendapatkan manfaat dari seorang hujjah yang tersembunyi? Beliau berkata: “Mereka mendapatkan manfaat [darinya] sebagaimana mereka mendapatkan manfaat dari [sinar] matahari saat matahari tersembunyi di balik awan[6].”

 

Masih banyak riwayat lainnya yang menunjukkan bahwa pemberi petunjuk yang disebutkan ayat di atas akan terus ada di setiap masa hingga hari datang kiamat. Dan mereka tidak lain adalah para Imam Ahlul Bait yang termaksud di antaranya adalah Imam Mahdi aj yang saat ini hidup dalam keadaan tersembunyi dan akan muncul saat umat manusia benar-benar mengharapkan kehadirannya.

 

Ayat Kedua:

"وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ"

dan Sesungguhnya telah Kami sampaikan berturut-turut Perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran (QS. Al-Qashash: 51)

 

Yang dimaksud dengan menyampaikan perkataan dalam ayat ini adalah menyampaikan firman-firman Allah Swt dan hukum-humum-Nya kepada umat manusia, sebagaimana ayat sebelumnya hal ini pun berlaku untuk setiap umat di sepanjang masa. Terlihat bahwa ayat di atas tidak menggunakan kata “anzalna” yang berarti kami turunkan, akan tetapi menggunakan kata “washalna” yaitu kami sampaikan. Karena penurunan al-Qur’an hanya melalui Rasulullah Saw, namun penyampaian dan penjelasan akan makna dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, selain tugas seorang Rasul, iapun merupakan tugas para washi sebagai penerus misi sang nabi. Dan pada masa sekarang ini, tugas ini berada di tangan Imam Mahdi as.

 

فعن الصادق (عليه السلام) في قوله: "ولقد وصلنا لهم القول" قال : "إمام بعد إمام".

Diriwayatkan dari Imam Shadiq as mengenai firman Allah Swt “dan Sesungguhnya telah Kami sampaikan berturut-turut Perkataan ini (Al Quran) kepada mereka”, beliau berkata: [yang menyampaikan perkataan ini ialah] seorang Imam yang datang silih berganti”.

 

Ayat Ketiga:

Ayat-ayat al-Quran Membuktikan Kelahiran Imam Zaman

 

"وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ"

“ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

 

ayat ini secara jelas meyatakan bahwa di antara tujuan utama penciptaan manusia ialah Allah Swt hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ini. Tentunya bersamaan dengan keberadaan manusia di muka bumi ini, keberadaan khalifah pun masih tetap dibutuhkan. Selian itu, ayat ini pun bersifat mutlak tidak hanya terbatas pada masa tertentu, namun ia tetap berlaku sepanjang masa selama masih terdapat kehidupan manusia di dunia ini. Oleh karena itu, pada masa ini pun khalifah Allah tetap ada di muka bumi ini dan ia tidak lain ialah Imam Mahdi as.

 

Ayat Keempat:

"يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ "

“mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya” (QS. As-Shaf: 8).

 

Ayat ini mengabarkan bahwa musuh-musuh Islam dengan tipu daya mereka selalu berupaya untuk memadamkan ajaran agama Islam yang merupakan cahaya Allah Swt, akan tetapi dengan kekuasaan-Nya Allah Swt senantiasa menjaga dan menyempurnakan cahaya-Nya. Jelaslah bahwa permusuhan dan niat busuk para musuh ini, tidak hanya terjadi pada masa tertentu akan tetapi di setiap masa mereka selalu berupaya untuk menghancurkan pilar-pilar Islam dan juga kaum Muslimin. jika demikian, lantas siapakah yang akan menjadi perantara untuk menyempurnakan dan menjaga agama Ilahi di dunia ini? Tdak lain, ia adalah Imam Mahdi as pemimpin di masa kita saat ini.

 

عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال : "لا تخلو الأرض منذ كانت من حجة عالم يحيي فيها ما يميتون من الحق ثم تلا هذه الآية : يريدون ليطفؤا نور الله بأفواههم والله متم نوره ولو كره الكافرون."

Diriwayatkan dari Abu Abdillah as, beliau berkata: “Bumi ini sejai ia diciptakan tidak akan kosong dari hujjah Allah Swt, yang mengetahui dan hidup di dalamnya, mereka tidak dipisahkan dari kebenaran. Kemudian beliau menbaca ayat ini: “mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya[7].”

 

Ayat Kelima:

Ayat-ayat al-Quran Membuktikan Kelahiran Imam Zaman

إنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر . وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ . لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ . تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ"

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan” (QS. Al-Qadr: 1-4).

 

Lailatul qadar tidak hanya terjadi pada masa hidup Rasul Saw saja, akan tetapi –sebagaimana yang banyak dijelaskan dalam hadis- malam penuh berkah ini terus terjadi sepanjang masa di setiap tahunnya (bulan Ramadhan), pada malam ini para malaikat diturunkan ke bumi dengan membawa perkara dari Allah Swt. Di masa kehidupan Rasul Saw, beliaulah yang menerima perkara Ilahi yang dibawa oleh para malaikat ini. Dikarenakan Lailatul qadar terus terjadi hingga saat ini, oleh karenanya, pada masa ini pun harus ada pribadi yang layak menggantikan posisi beliau menerima perkara Ilahi tersebut. Pribadi itu tidak lain adalah Imam Mahdi as.

 

عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال : "كان علي (عليه السلام) كثيراً ما يقول : اجتمع التيمي والعدوي عند رسول الله (صلى الله عليه وآله وسلّم) وهو يقرأ "إنا أنزلناه" بتخشع وبكاء فيقولان : ما أشد رقتك لهذه السورة. فيقول رسول الله (صلى الله عليه وآله وسلّم): لما رأت عيني ووعى قلبي ولما يرى قلب هذا من بعدي. فيقولان : وما الذي رأيت وما الذي يرى ؟ قال : فيكتب لها في التراب "تنزل الملائكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر" قال : ثم يقول : هل بقي شيء بعد قوله "كل أمر" ؟ فيقولان : لا، فيقول : هل تعلمان مَن المنزل عليه بذلك ؟ فيقولان : أنت يا رسول الله (صلى الله عليه وآله وسلّم). فيقول : نعم، فيقول : هل تكون ليلة القدر من بعدي ؟ فيقولان : نعم. فيقول : فهل ينزل ذلك الأمر فيها ؟ فيقولان : نعم. فيقول : فإلى من ؟ فيقولان : لا ندري. فيأخذ برأسي ويقول : إن لم تدريا فادريا، هو هذا من بعدي. .."

Dari Abu Abdillah as, beliau berkata: “Ali as acap kali mengatakan: Seorang dari Bani Taimi dan Bani ‘Adwi menjumpai Rasulullah Saw dan beliau menbaca ayat “Inna Anzalnâ” dengan khusyu’ dan menagis. Kedua orang itu berkata: Alangkah besar terpengaruhnya anda terhadap surah ini. Rasulullah Saw bersabda: Dari apa yang telah dilihat oleh mataku dan disadari (dirasakan) oleh hatiku dan dari apa yang akan dilihat oleh hati [orang] ini setelahku. Apakah yang telah anda lihat dan yang akan ia (Imam Ali) lihat? Kemudian beliau menuliskan di atas tanah “Tanazzalul Malâikatu wa ar-rûhu fîhâ bi izni rabbihim min kulli amr - pada malam itu turun malaikat-malaikat dan ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan” , lalu beliau bersabda: Apakah sesuatu akan tersisa setelah “segala urusan”? mereka berdua berkata: Tidak! Beliau melanjutkan: Apakah kalian mengetahui kepada siapakah diturunkan segala urusan tersebut? Keduanya menjawab: Anda wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Ya. Lalu beliau kembali bersabda: Apakah lailatul qadar akan ada setelahku? Keduanya menjawab: ya. Beliau bersabda: Apakah urusan pun diturunkan saat itu? Keduanya menjawab: Ya. Nabi Saw bersabda: Kepada siapakah [urusan itu diturunkan]? Mereka berdua berkata: Kami tidak tahu. Kemudian Rasul Saw pun memegang kepalaku (Imam Ali) dan bersabda: Apabila kalian tidak mengetahuinya, maka orang inilah [yang akan menerima urusan itu] setelahku[8].”

 

Riwayat ini menunjukkan bahwa para malaikat yang turun ke bumi pada malam lailatul qadar akan menyerahkan urusan yang dibawanya dari Allah Swt kepada pribadi-pribadi suci yang menjadi pemimpin dan pemberi petunjuk umat di dunia ini. Jika dikatakan bahwa dalam surah al-Qadr tidak disebutkan bahwa para malaikat akan menyerahkan amr atau perkara Ilahi ini kepada siapapun, akan tetapi mereka sendirilah yang akan melaksanakannya, maka jawabannya adalah ayat berikut ini:

 

"نَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ"

“Dia menurunkan Para Malaikat dan ruh dengan (membawa) urusan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya Yaitu: Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku” (QS. An-Nahl: 2).

 

Dalam ayat ini secara jelas dikatakan bahwa para malaikat dan ruh akan menyerahkan urusan yang dibawanya kepada hamba-hamba pilihan Allah Swt.

 

Dalam ayat lain Allah Swt befirman:

Ayat-ayat al-Quran Membuktikan Kelahiran Imam Zaman

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ . فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ . أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ

“demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan, Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul” (QS. Ad-Dukhan: 2-5)

 

Malam penuh berkah yang disebutkan dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar, pada malam itu segala urusan yang penuh hikmah akan dijelaskan, urusan yang besar dan agung dari sisi Allah Swt. Oleh karenanya, di sana pun harus ada pribadi-pribadi yang layak menerima penjelasan dari perkara angung tersebut.

 

Dengan mencemati dengan baik ayat-ayat di atas, maka dengan pasti kita dapat menyimpulkan bahwa di setiap masa sejak diturunkannya Nabi Adam as ke bumi hingga hari kiamat, dunia ini tidak pernah kosong dari pribadi-pribadi suci yang menjadi perantara petunjuk Allah kepada manusia, baik mereka adalah para rasul, nabi ataupun washi (imam). Hal ini menunjukkan bahwa pada saat ini pun terdapat pribadi suci di dunia ini yang menjalankan tugas-tugas suci Ilahi, pribadi tersebut tidak lain adalah imam zaman kita, Imam Mahdi aj. Jika demikian, kita dapat simpulkan bahwa beliau telah dilahirkan di dunia ini. 

 

Referensi:

[1] Sebenarnya masih banyak lagi argumen-argumen lainnya yang mungkin lebih kuat dalam membuktikan akan kelahiran al-Mahdi, namun dalam tulisan ini kajian kita hanya sebatas kajian qur’ani.

[2] Allamah Majlisi: Bihâr al-Anwâr, jld. 23, hlm. 2.

[3] Ibid.

[4] Ibid.

[5] Ibid.

[6] Ibid.

[7] Ibid, jld. 37, hlm. 23.

[8] Kulaini: Ushûl al-Kâfî, jld.1, hlm. 249, hadis No: 5. Tafsir Kanzu ad-Daqâiq, jld 14, hlm. 365.

 

Sumber:
www.id.al-shia.org
www.taghrib.ir

 

  • Print

    Send to a friend

    Comment (0)